Friday, December 2, 2016

Misteri Piano Berpenghuni


Misteri Piano Berpenghuni

Ting, ting, ting, terdengar suara temanku hingga ke rumahku. namaku Bella dan nama temanku Desi. Desi memiliki piano classic yang selalu ia mainkan disiang dan sore hari. Desi sangat mahir bermain piano, dia sangat sayang kepada pianonya itu, karena itu hadiah dari teman lamanya yang kini sudah meninggal saat Desi akan pindah rumah. Desi belajar piano bersama ayahnya. aku ingin bermain dengan Desi tapi sekarang dia sedang bermain piano dan tidak bisa diganggu. “ya sudah aku main gitar saja.” aku memang pandai bermain gitar. kadang aku berduet bersama Desi.

“Bella tolong belikan papa kopi hitam. nanti kembalinya buat kamu!” perintah papa. aku pun bersemangat membelikan papa kopi karena nanti kembalinya buat aku. “uangnya mana pa?” “ini belikan papa kopi cepet nggak pake lama!” perintah papa sambil memberikan uang Rp 50.000. aku segera pergi ke mini market terdekat.

“selamat datang selamat belanja” sapa pramuniaga. aku membeli kopi 1 dan yogurt 1 lalu aku segera membayarnya di kasir. “totalnya Rp 18.500 dik” “ini mbak” “uangnya Rp 50.000 ya. kembalinya Rp 31.500 terima kasih silakan datang kembali” “iya sama-sama” aku segera ke luar dari mini market dan pergi ke perumahan bougenvil gang 1 nomor 28 rumahku.

Saat aku melewati rumah Desi, ada anak perempuan bermain piano. “perasaan Desi nggak pernah main piano malam-malam begini.” batinku. aku terus memperhatikan anak itu dari jendela. tiba-tiba dia berhenti bermain dan menoleh ke arahku. “itu bukan Desi! itu temannya!” batinku. mukanya penuh darah dan terdapat luka gorok di lehernya. aku ingin berlari tapi tak bisa, kakiku membeku tak bisa berlari. lalu ia menghilang, aku bernafas lega tapi aku tetap tidak bisa berlari, lalu dia berbisik di telingaku “halo Bella, namaku Tira. Desi bercerita banyak tentangmu.” katanya “aaa…” aku berteriak lalu berlari sekencang-kencangnya.

aku masuk rumah dengan nafas terengah-engah. “kamu kenapa Bella?” tanya papa aku menceritakan semuanya pada papa. “gitu doang aja takut, takut itu sama tuhan bukan sama gituan! mana kopi papa cepet biknin! tadi kamu beli apa?” kata papa “beli yogurt aja.” “cepet bikinin kopi!” “tapi kan ada mbak jum (pembantu).” “iya tapi kopinya enakan kamu bikin ayo cepet!” “iya”. aku segera membuatkan papa kopi dan pergi ke kamarku. aku meminum yogurt ku sampai habis lalu aku tertidur.

Pagi ini setelah mandi aku segera pergi ke rumah Desi. “Desi!” panggilku “masuk!” perintah Desi aku segera masuk dan duduk di sofa empuk di sebelah Desi. aku menceritakan semua hal yang aku alami kemarin pada Desi. “Tira memang sering datang kesini, tapi mukanya nggak serem kok dia cantik!” “tapi kemarin mukanya serem banget!” “dia mati karena dibunuh pembunuh bayaran di kamarnya. tapi keluarganya tidak dibunuh hanya Tira saja. yang membayar pembunuh itu adalah saingan lomba Tira. dia sangat membenci Tira karena Tira yang menang lomba itu bukan dia. dia dendam kepada Tira lalu membunuh Tira.” jelas Desi. “kejam sekali dia!”. lalu pembantu Desi datang membawa cemilan dan jus strawberry. “nanti habis isya’ kamu kesini aja! nanti kamu kenalan sama Tira, dia cantik kok, kamu jangan takut!” kata Desi. “iya nanti aku kesini.”


“Desi!” panggilku. “masuk!” perintah Desi. aku segera duduk di sofa empuk milik Desi dan duduk di sebelahnya. “dia sudah datang?” tanyaku “belum sebentar lagi.” ting, ting, ting, terdengar suara piano Desi. “dia sudah datang!” Desi menarik tanganku ke piano miliknya. “Tira!” “Desi!” “perkenalkan Tira ini Bella, Bella ini Tira kata Bella kalian sudah bertemu ya?” “iya tapi wajahku menyeramkan maaf ya Bella, aku kira kamu orang lain makanya aku berniat menakutinya. maaf ya.” “iya nggak papa kok Tira” aku senang akhirnya bisa berkenalan dengan Tira memang dia cantik! sejak hari itu kami bertiga menjadi sahabat.

No comments:

Post a Comment