Friday, December 2, 2016

Kuntilanak Kesurupan


kuntilanak.jpg

Di suatu malam yang mencekam. Bayangnya datang mengahampiri, Menjadi sosok yang menakutkan! Bergelantungan di atas tangkai, Mencari hati yang sepi.

Aku melangkah dalam malam. Menyusuri setiap jalan yang kulalui. “Ihhh kenapa sih? Setiap jalan sini bawaannya merinding terus” Batinku. “Desiiii, hik hik hik hik” Suaranya lirih, Membuat bulu kudukku berdiri. Bisikan itu, Seakan mengancam jiwaku.

Aku bekerja di sebuah PT dikawasan KIM karawang, Setiap hari aku pulang hampir tengah malam karena tuntutan lembur. Di desaku, Memiliki mitos tersendiri. Konon katanya, Di depan jalan dekat rumahku. Berdiri sebuah bangunan kosong yang kokoh. Karena terlalu lama tak berpenghuni, Bangunan itu menjadi sangat angker. Warga desa selalu mendengar teriakan seorang perempuan yang merintih dari dalam sana. Aku sendiri mengalami hal tersebut. Hampir setiap hari hantu itu mengganguku.
“Hiiiihhh, Siapa sih itu? Jangan ganggu dong” Teriakku dari luar rumah itu. Aku memberanikan diri. Berdiri sendiri di luar bangunan angker itu. Dari luar saja sudah terlihat menakutkan! Biasanya setiap kali melewati jalan itu, Aku akan lari terbirit-birit karena selalu saja merasa dihantui. “Tuh jurig kenapa selalu gangguin gua ya, Dia pake kenal gua lagi” Batinku kesal karena merasa aku juga tenar di dunia lain.

Kata warga disana, Dulu pemilik rumah itu adalah warga keturunan chinese. Mereka memiliki satu orang putri yang cantik, Tetapi setelah beberapa bulan menempati rumah itu. Putri mereka hilang entah kemana. Kemudian mereka memutuskan untuk mengosongkan bangunan itu dengan alibi yang tak jelas. Sejak saat itu, Bangunan itu menjadi sangat angker.

Kamurang, 21 juli 2016
Malam itu aku pulang sangat larut, Karena pekerjaan yang memaksaku menguras semua tenaga ini. “Lama-lama gua bisa jadi sangat kurus kalau gini terus, Arrrghh pak kemad pasti marah kalau tau anaknya yang semok ini berubah seketika” Batinku melucu disaat keadaan yang seharusnya mencekam.

Aku berjalan melewati bangunan itu, Malam yang seharusnya membuatku sedikit lega karena dapat merebahkan tubuhku di atas kasur. Tapi kenyataan tak berpihak untuk itu. Kutengok di sekeliling, Tak ada satu pun makhluk yang tampak disana! Kurasakan tubuh ini terguncang, Bukan hanya itu. Seperti ada mata-mata yang mengawasi. “Aaaa apaan itu? Putih-putih gitu” Aku berlari, Tapi tubuhku tiba-tiba tak dapat bergerak. Mulutku seakan terbungkam. Aku ingin berteriak, Rasanya ingin muntah! Kurasakan darah mengalir dari lubang hidungku. Mual, Itu yang kurasakan! Aku muntah, Tapi bukan seperti biasanya. Aku memuntahkan sesuatu yang menjijikan. “Belatung, Shiiittt” Batinku menangis, Aku marah pada diriku sendiri. Kejadian apa yang menimpaku? Kaki rasanya sangat berat kulangkahkan! Banyak suara-suara mengerikan yang hinggap di telingaku, Kulihat seorang perempuan berbaju putih sedang duduk di bawah pohon itu.

Sudah sejak lama pohon itu berdiri disana, Menunggu majikannya kembali. Pohon itu berdiri sebelum bangunan itu ada. Orang bilang, Itu pohon keramat. Lengkap sudah keangkeran bangunan itu. Aku yang sedari tadi diam kaku disini, Meratapi nasib apa yang akan menimpaku. Tapi kurasakan tubuh ini bergerak, Aku lajukan kaki ini. Berlari meninggalkan bangunan itu. Tapi kakiku tersandung “Oh tuhan, Kaki siapa ini?” Kulihat perempuan itu lagi, Mata dan wajahnya lebih mirip warga chinese. Aku pikir dia hantu yang telah lama hilang. Wajahnya sangat cantik tapi itu tak bertahan lama, Kemudian seperti petir yang menyambar tubuhnya. Wajahnya berubah menjadi sangat hitam, Lebih mirip tubuh yang telah terpanggang. “Arrrggghhh” Hantu itu mencekik leherku. Seakan kepalaku terputus dari tempatnya. Aku merasakan darah mengalir di sekujur tubuhku. Kepalaku menggelinding di tanah, Seseorang menendangnya. Hingga kulihat seberkas cahaya putih datang mengahampiri. “Apa itu? Apakah aku sudah mati? Bapakkk desi gak mau mati, Hik hik hik” Aku berteriak berharap seseorang membantuku. Cahaya itu membawaku pergi.

“Hah, Dimanakah aku?” Kulihat di sekeliling. Aku masih di jalan ini. Tarpaku menatap bangunan itu. Aku berlari sekencang mungkin agar dapat sampai ke rumah dengan selamat. “Bapak, Dedes pulang” Tak seorang pun yang menjawab. Kucium bau amis yang teramat mengganggu indra penciumanku. “Desiii, Desa ini terkutuk. Hik hik hik. Kau..” Hantu itu terus berbisik. Sangat parau, Suaranya seperti nenek tua. “Hiiih kenapa sih jurig itu sukanya bisik-bisik” Teriakku sambil terus mencari dimana asal bau itu. Kulihat bapak sedang terkapar di balik bilik kamarnya, Wajahnya sangat hancur terpanggang. Aku menangis, Aku menyalahkan takdir yang membawanya pergi.
Pak kemad adalah seorang bapak yang tangguh. Membesarkan aku hingga aku sebesar ini. Berbekal keringat. Dia raih tanganku dan menggenggamnya. Aku berani, Melawan takdir itu deminya. “Siapa kau, Tunjukkan makhluk jelek” Tak seorang pun yang menjawab. Aku berlari ke luar rumah, Berharap seseorang membantuku. Tapi yang kudapat. Semua warga tewas terpanggang. Aku berlari meninggalkan desa itu.

Seseorang menangkap tubuhku, Tangannya sangat pucat. Dingin, Itu yang kutahu. Wajahnya, Aku sangat mengenalnya. Perempuan itu! “Kau, Kau kuntilanak itu? Yang sering mereka bicarakan. Tolong, Aku mohon jangan ganggu aku” Kulemparkan tubuh itu agar menjauh dariku, Tapi yang kudapat. Tangannya masih menempel di bahuku. Tubuhnya terpental jauh kesana. Tangan itu menjambak rambutku. Seakan ada jiwa yang masuk, Aku merasakan mual. Tubuhku dingin, panas dan perasaan yang tak kumengerti. Aku bicara pada diriku sendiri.

“Hahahahaha, Hik hik hik hik. Akulah penguasa. Desa ini telah aku kutuk. Mereka mati di tanganku. Mati oleh apa yang seharusnya terjadi. Mereka membunuhku dengan itu! Aku sangat menyukai itu” Teriakku sambil terus menjambak rambutku sendiri. Seperti kebanyakan orang gila. Hal itu yang kulakukan. “Aku ratu disini, Hik hik hik hik. Kalian membunuhku” Aku terus meronta. Mengorek-ngorek tanah di bawah pohon itu. “Ini bukan pohon keramat, Ini rumahku. Kalian kubur aku disini” Kulihat tulang belulang disana. Kumakan semua itu, Tak ada yang tersisa. Semua itu begitu renyah. Seperti daging panggang! “Apa salahku pada kalian, Aku hanya ingin berteman. Apa perbedaan aku dengan kalian?” Aku bakar semua rumah itu, Semua orang mati terpanggang. Aku bahagia. “Desi, Kau seorang pembunuh. Kau harus mati, Kau harus mati dengan apa yang kau suka. Kau menyukai api. Karena itu, Kau harus mati di tangannya. Seseorang harus rela mati demi apa yang disukainya” Aku terus berbicara pada diriku sendiri. Tak ada seorangpun disana! “Arrrghhhh” Tubuhku terpanggang. Aku merasakan sakit yang teramat! Aku lihat semua orang tertawa. Entah sejak kapan mereka berada disana. Aku lelah, Aku ingin pulang.

Desi silvia adalah seorang gadis chinese yang cantik, Dia sangat menyukai api. Menurutnya api melambangkan keberanian. Pada suatu hari, Dia menyukai seorang pemuda. Pemuda itu menyuruh desi untuk membakar dirinya sendiri, Seseorang harus rela melakukan apa saja demi yang disukainya. Desi marah pada pemuda itu dan membakar tubuh pemuda itu dengan apa yang disukainya. Keluarga pemuda itu sangat marah, Mereka merencanakan kematian desi. Membunuhnya dengan cara yang sama. Akbar sangat membenci desi, Desi telah merenggut nyawa adiknya. Adik yang sangat dia cintai. Nyawa dibalas dengan nyawa. Dan aku, Aku adalah dia. Si perempuan itu. Kuntilanak yang sering mereka bicarakan. Aku.. Akan membalaskan dendamku. Kepada kalian yang suka bermain api. Kurobek jantungnya, Kupanggang hatinya. Hingga hancur, Tak tersisa! Aku dirasuki diriku sendiri. Yang tak menerima, Yang tak pantas mati. Aku ingin hidup seribu tahun lagi…

No comments:

Post a Comment