Aku seorang pelajar SMA, aku mengambil jurusan IPS karena aku memang suka ilmu sosial aku juga suka ilmu psikologi. Aku adalah anak dari keluarga yang berbahagia. Sore itu aku berkeliling komplek dengan menggunakan sepeda sambil mendegarkan musik dan menikmati senja hari hanya sendiri. Tanpa sadar hari sudah mulai gelap waktu menunjukan pukul 17:00 dan aku pun bergegas untuk pulang. Saat aku akan menggowes sepedaku menuju rumah aku mendengar teriakan seorang wanita dari belakang, “Tolooooong”, sontak aku menoleh ke belakang dan aku datangi teriakan itu yang nampaknya berada di rumah kosong ujung jalan pinggir makam sana. Aku datangi secara perlahan dengan rasa ketakutan aku buka pintunya secara perlahan dan keadaan di dalam sangat gelap dan tidak ada siapa-siapa, aku pun kembali bergegas ke luar dan menutup pintu rumah kosong itu dengan keras, “BraaaaK”, “Aaaaaaa…” aku kaget karena setelah menutup pintu itu terdengar suara wanita menjerit dan kembali kubuka pintunya dan… “kakaaaak, kakak kenapaaa? Teriakku melihat kakakku dalam keadaan tel*njang dan bersimbah darah. “kakaaaaak, toloooong!!!”
“Surya, surya bangun nak, ini sudah pagi kamu harus berangkat sekolah!”. Seketika itu aku bangun karena mendengar Ibu membangunkanku, dan ternyata kejadian itu hanya mimpi. Aku pun bergegas dari tempat tidurku menuju kamar mandi setelah itu aku sarapan kemudian pamit sama Ayah dan Ibu, “Yah, Bu, aku berangkat yah, ayo dong kak jangan kebanyakan dandan tar aku terlambat lagi”. Aku pun berangkat sekolah dengan diantar kakakku Dewi yang cantik nomor dua ini.
Di perjalanan kami asyik mengobrol. “kak, semalam aku mimpi buruk, aku bermimpi ka Minah terbunuh dalam keadaan tel*njang di rumah kosong”. Ceritaku pada ka Dewi. “Ah kamu, kalau mimpi suka bikin orang ketakutan, boong kamu yah?”. Kata kak Dewi. “Enggak kak aku beneran mimpi kaya gitu, aku takut ini pertanda buruk kak”. Jawab aku. “itu Cuma mimpi kelleeez”, jawab Kak Dewi.
Beberapa menit kemudian. “udah gih sana sekolah yang rajin, Ya doain kakak yah biar keterima kerjanya”. Kata kak Dewi.
Dan aku pun turun dari mobil dan masuk gerbang sekolah menuju kelas keadaan mulai aneh pada saat berjalan aku banyak dilihatin oleh temen-temen dengan tatapan datar.
Setibanya di kelas aku duduk dan Ibu guru datang memulai pelajaran, 3 jam berlalu waktu istirahat tiba, aku pun akan pergi ke kantin tiba-tiba Ibu guru menegurku.
“Surya mulai sekarang kamu harus berhati-hati”. Kata Ibu guru. “Emang kenapa bu?”. Tanyaku, tapi Ibu langsung meninggalkanku begitu saja tanpa memberi jawaban atas pertanyaanku.
Malam harinya kami sekeluarga berkumpul sambil nonton TV, saat itu kami sedang melihat acara berita tentang kasus kekerasan s*ksual, “Jaman sekarang dunia sudah mulai menggila”, Kata Ayah. “kasihan banget, seharusnya pelaku dihukum gant…”. tiba-tiba lampu mati semua gelap. “gan apa bu?” tanyaku. “gantuung”. Jawab ibu. Semua lampu rumah mati komplek dalam keadaan gelap. “Ya udahlah kita tidur aja lagian udah jam 9 malam ayo tidur”, perintah Ayah. Dan kami pun bergegas ke kamar masing-masing dengan lilin di tangan, sementara aku masih melihat-lihat keadaan di luar lewat jendela, suara petir terdengar keras angin berhembus kencang nampaknya hujan akan turun. “Surya lagi ngapain kamu?, cepet tidur”, perintah Ibu. “Iya sebentar buu”, jawabku. Aku masih saja melihat-lihat keadaan di luar yang nampak gelap, tiba-tiba ada yang mencolek pundakku “Iya bentar Ibbb buh”, aku kaget ada yang mencolek pundakku tapi saat aku menoleh ke belakang aku tidak melihat siapa-siapa dan aku pun berlari menuju kamar ku, saat aku berlari aku mendengar suara jendela yang digebrak-gebrak aku berhenti berlari dan memalingkan wajahku ke arah jendela dan aku melihat sesosok hitam di jendela itu sedang melihat ke arahku sambil memegang sebuah kapak sontak aku berteriak “Ibuuuuuu”, teriakku. Ayah, Ibu, kakak dan adik ku pun terbangun dan keluar kamar sambil berlari. “Ada apa surya?” tanya Ayah. “tttaadi akku melihat sosok hitam memakai topeng bermata satu di jendela itu dan memegang sebuah kapak”, jawabku sambil gemetaran. “ah kamu, mungkin itu Cuma halusinasi kamu aja, udahlah mending kamu cepet tidur”, perintah Ibu.
Aku pun pergi ke kamarku dan keluargaku pun kembali ke kamar masing-masing. Mataku mulai lelah dan aku pun membaringkan tubuhku di tempat tidur walau ada rasa takut tapi karena lelah aku pun tertidur.
Beberapa jam kemudian. “Ah… masih gelap, lilinnya mati”, kataku. Aku terbangun aku ambil handphoneku untuk menerangi kamarku yang gelap, aku serasa ingin pipis aku pun pergi ke kamar mandi, setelah selesai aku kembali menuju kamar namun tiba-tiba orang bertopeng mata satu dengan kapak itu muncul lagi ia melihat aku dan berlari menuju kamar Kak Minah aku pun mengikutinya.
“Hhe siapa kamu?, kamu mau ngapain Kakakku eh jangaaaan”, kataku. Aku terbujur kaku aku tak bisa gerak dan tak bisa berbicara aku didudukan di kursi oleh orang misterius itu.
“Tenang nak, kamu hanya terbujur kaku saja, tapi tetap bisa melihat dan mendengar cuma satu jam kok”, kata dia. Lampu kembali menyala sementara itu Kak Minah diperlakukan secara kasar oleh dia, dia meracuni Kak Minah dan melakukan tindakan pemerk*saan terhadap Kak Minah semua pakaian Kak Minah dilepaskan oleh dia. Kak Minah hanya terbujur kaku seperti aku dan aku pun hanya bisa diam melihat semua itu. Lama dia memperk*sa dan melakukan tindak kekerasan s*ksual pada Kak Minah dia pun membunuh Kak Minah dengan sadis. Dalam hati aku menjerit, “Jangaaaaaan anj*ng lu set*n, kamu biadab toloooong Ayah Ibu tolooooong”, teriakku dalam hati.
Satu jam sudah dan aku pun kembali normal seperti biasa. Aku menghamipri Kakakku walau masih terasa lemah tubuhku sambil terjatuh, aku memeluk Kakakku dan menangis sejadi-jadinya “Kakaaaaaak, Ayah Ibu toloooooong he…he…he…”, tangisku sambil berteriak. Sementara orang misterius itu pergi melarikan diri. Ayah Ibu Kak Dewi dan Neni pun berdatangan ke kamar Kak Minah mereka semua terkejut saat melihat Kak Minah bersimbah darah. Mereka semua menangis menjerit sementara itu Ibu pingsan. Dan waktu menunjukkan pukul 04:30 adzan subuh pun terdengar.
Paginya semua orang berdatangan ke rumah kami untuk melihat keadaan Ka Minah dan mendengarkan ceritaku dan polisi membawa mayat Kak Minah untuk diautopsi, semua kejadian telah ku ceritakan pada keluarga kerabat dan polisi. Sementara polisi akan menyelidiki dan mencari siapa sebenarnya orang bertopeng mata satu dengan kapak itu.
Lama diautopsi jenazah Kak Minah dikembalikan pada keluarga kami dan diproses agar segera secepatnya dikuburkan. Setelah selesai jenazah Kak Minah dishalatkan kemudian dikuburkan, sementara Ayah Ibu Kak Dewi dan Neni menangis dan masih shock atas kejadian ini.
Tujuh hari berlalu kejadian yang membuat keluargaku sangat trauma dan ketakutan apalagi aku yang menyaksikan penyiksaan terhadap Kak Minah secara langsung. Sementara itu aku kembali pada aktivitasku belajar. Di sekolah aku banyak menerima ucapan ‘turut berduka cita’, nampaknya semua orang bersimpati pada kejadian yang menimpa Kak Minah.
Sorenya aku kembali berkeliling komplek dengan menggunakan sepeda untuk menghilangkan segala rasa trauma dan takut anggap saja refreshing. Aku pergi menuju sungai yang cukup jauh dari komplek tepatnya di Desa Pasir Angin, sebenarnya aku takut karena sungai ini berada di hutan tapi karena keindahannya aku beranikan diri, lagi pula banyak pemuda pemudi yang sedang asyik pacaran di tempat indah ini. Aku termenung disana sambil bermain air dan mendengarkan lagu klasik.
Tanpa terasa hari sudah mulai gelap waktu menunjukan pukul 17:35 dan di sungai ini tinggal hanya ada aku seorang. Aku pun bergegas untuk pulang aku naiki sepedaku dan mulai ku gowes namun saat aku akan pulang tiba-tiba saja ada teriakan dari belakang “Tolooooong”, sontak aku terkejut dan menoleh ke arah belakang. Aku sangat terkejut karena melihat Kak Dewi di seberang sungai yang dalam keadaan terancam, orang bertopeng itu kembali mengacam keluargaku ia mengancam Kak Dewi mengarahkan kapaknya pada leher Kak Dewi. Dan aku pun langsung berlari menghampirinya dengan menyeberangi sungai celanaku pun basah kuyup, ia melepaskan Kak Dewi aku mencoba melawannya pertikaian terjadi antara aku dan orang itu sedangkan Kak Dewi terkulai lemas dan terjatuh. Aku menendangnya dan ia pun terjatuh tapi tak lama ia bangkit kembali ia menendangku dan aku terjatuh ke sungai pakaianku basah kuyup aku kembali bangkit untuk menghajar orang itu namun aku tak mampu melawannya ia membekamku dengan racun yang sama aku pun terbujur kaku tak bergerak. Ia mengikatku pada pohon. Dan kembali kejadian ini terulang orang itu memperk*sa Kak Dewi namun Kak Dewi tak diracun yang dapat membuatnya terbujur kaku ia memperlakukan Kak Dewi secara kasar “jangaaaan, kamu jangan perk*sa saya toloooong”, teriak Kak Dewi. Sedangkan aku hanya bisa melihat penderitaan kakakku dan tak bisa apa-apa.
Setelah puas orang bertopeng itu membunuh Kak Dewi, aku hanya bisa menangis dan terbujur kaku, orang itu menghamipri ku ia menatapku dan melepaskanku kemudian langsung pergi. Keadaan sangat gelap di hutan, tak lama aku pun kembali normal seperti semula seketika itu aku teriak “Toloooooong, Ayah Ibu Toloooong”, teriakku sambil menangis. Dalam keadaan tubuhku yang masih lemas aku berlari menuju rumah sedangkan perjalanan cukup jauh aku tak menemukan sepedaku sepedaku hilang.
Aku berlari dan terus berlari di hutan ini menuju jalan raya. Namun keanehan terjadi aku nampaknya hanya berputar-putar saja di hutan ini “kenapa ini?, ada apa dengan aku?”, tanyaku dalam kebingungan. Tiba-tiba saja di hadapan ku ada orang bertopeng mata satu itu dengan mengangkatkan kapaknya ke arahku sontak aku terkejut dan aku pun berlari ketakutan aku terjatuh tersandung, kakiku berdarah sementara orang itu semakin mendekat aku berusaha untuk bangkit dan kembali berlari. Lama aku berlari nampaknya aku masuk ke pedalaman hutan dan orang itu hilang entah kemana, aku pun melihat sebuah gubuk tua di hutan itu kudekati gubuk itu kubuka pintunya dan ahhhgggrrr menakutkan aku melihat banyak kepala manusia digantung tanpa tubuh dengan berceceran darah di lantai. Di dalam sangat kotor dan sangat bau tapi aku melihat sebuah lukisan perempuan sangat cantik dengan kebaya yang indah kupandangi lukisan itu cukup lama namun tiba-tiba aku dikejutkan dengan semua kepala manusia yang digantung itu mereka semua hidup matanya melotot ke arahku dan berkata dengan serentak “Lepaskan saya”, sontak aku terkejut dan berlari meninggalkan gubuk tua itu. Berlari dan terus berlari akhirnya aku tiba di jalan raya sejenak aku istirahat tak lama aku pun kembali berlari menuju rumah satu jam sudah aku berlari menuju rumah dan akhirnya sampai kubuka pintu rumah dengan tergesa-gesa lalu aku pinggil Ayah dan Ibu ku “Ayah, Ibu Kak Dewi bu… ia terbunuh, ibu..” ku panggil Ayah dan Ibu ku namun mereka semua tidak menjawabku buka pintu kamarnya juga tak ada. “Neni kamu dimana?” tanyaku mencari keberadaan Neni. Namun semuanya gak ada kemudian aku pergi ke halaman belakang rumah dan disanalah aku terkejut mereka semua berada disana dalam keadaan tel*njang dan bersimbah darah seketika itu aku menangis, menjerit dan berteriak sejadi-jadinya
“Ayaaaaaaaaah, Ibuuuuuuuuu, Neniiii… heeeee… heeeee… heeeee…”, teriakku sambil menangis. Kupeluk Ayah Ibu dan Adikku aku menangis aku marah pada semua ini namun tiba-tiba di hadapan ku aku melihat orang bertopeng mata satu dengan memegang kapak dan berlumuran darah ia menatapku dan aku pun menatapnya dengan penuh kemurkaan ia berkata “Jambung, aku Jambung, aku Jambung”. Seketika itu aku terkulai lemah kepalaku pusing dan mual-mual aku muntah-muntah awalnya muntahku biasa saja namun tak lama aku muntah darah dan aku pun pingsan.
Kubuka mata ku perlahan terasa berat rasanya aku masih pusing semua ruangan nampak putih, kulihat seorang perempuan berpakaian serba putih yang nampaknya seorang dokter berada di samping ku “Ah… berada dimana aku?” tanyaku dalam kebingungan. “Tenang nak, kamu sekarang berada di rumah sakit”. Jawab orang itu. “Sudah berapa lama aku disini?”, tanyaku. “Sudah 4 hari kamu di sini dan tak sadarkan diri”, jawab dokter. Aku masih merasa pusing dan bingung beberapa menit ku terdiam dan aku pun ingat pada kejadian yang menimpaku. “Dimana keluargaku? Ayahku, Ibuku Kakak dan Adikku?, dimana mereka semuaaaaa?”, tanya ku pada perempuan itu sambi berteriak. “Dimana mereka semuaaaa?, bawa aku pada mereka sekarang, cepaaaat”. Pintaku ku pada dokter itu. “Tenang nak, tenang, kamu tenang dulu lebih baik kamu istirahat saja”. Dokter itu mencoba menenangkanku. “Tidak, tidak, bawa aku pada Ayah Ibu Kakak dan Adikku, beritahu aku mereka semua ada dimana?”. Tanyaku.
“Ayah, Ibu, Kakak dan Adikmu sekarang sudah tenang, sudah berada di tempat yang indah jadi kamu jangan khawatir”. Jawab dokter itu. “Antarkan aku pada mereka semua, sekarang juga”, Pintaku. “Surya, keluargamu sudah berada di surga, mereka semua sudah tidak ada di dunia ini”. Jawab dokter. “Tidaaaak, biarkan aku kesana untuk berjumpa dengan mereka, tolong lepaskan saya biarkan saya pergi lepaskan sayaaaaaa, lepaskaaaaaan”. Tubuhku dipegang erat oleh para suster aku berontak aku marah. “Mana Jambung? Mana dia? Dia yang membunuh keluargaku, biar kubakar dia, lepaskan sayaaa”. Tanya ku.
Sudah cukup lama aku berada di rumah sakit ini, bosan aku. Aku mencoba keluar kamar aku naik ke lantai paling atas disana aku dapat merasakan angin begitu kencang ku rasakan belaian lembut setiap hembusan angin. Kuhirup udara segar dan kunikmati semua ini. Tiba-tiba ada seseorang menyapaku dari belakang “Surya, apa kabar?”. Aku menengok ke belakang dan dia… Jambung. “kenapa kamu memperk*sa dan membunuh keluarga saya?”, tanyaku. “Untuk Tumbal agar kaya dan berkuasa”, jawab Jambung. “Biadab kamuuuu, AHhhKKkk…”. Dia melemparkan kapaknya ke kepalaku dan tertancap di kepalaku dia mendorongku dan aku terjatuh dari lantai paling atas rumah sakit itu… GELAP.